TAKLUK
TAKLUK
“Mas Fajar berani perang sama Allah SWT?” Pertanyaan mas Putra mengagetkan aku.
“Eh, apa mas?” Mungkin dia baru salah ucap. Aku tadi melamun. Setelah panjang lebar mendengar penjelasan Mas Putra tentang riba.
Kami mulai diskusi sejak kami baru tiba di rumahnya. Ia seolah tak ingin menyia-nyiakan waktu kedatanganku jauh-jauh dari Jambi. Belum sempat istirahat, aku langsung diberi “tonjokan” bertubi-tubi.
“Apa mas Fajar berani perang sama Allah dan Rasul-Nya?” Sekali lagi ia bertanya, kali ini lebih lengkap.
“Ya… nggak berani mas, gak sanggup saya. Ampuuun!” Jawabku sekenanya.
“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” Kali ini ia mengutip ayat Al-Qur’an, Al-Baqarah ayat ke 279.
Kemana saja aku selama ini? Ayat ini sering kubaca, sering kudengar seumur hidupku, tapi tak pernah kucoba pahami. Sudah beberapa kali Mas Putra mengutip ayat-ayat suci, tapi entah mengapa aku merasa asing. Seperti baru mendengarnya malam ini.
Mas Putra bukan orang baru bagiku, aku mengenalnya 8 tahun lalu. Tak lama setelah aku mulai merintis bisnis percetakan. Aku mengenalnya, lewat seorang teman. Selain sebagai mitra, ia sering memberikan tips dan trik mengelola bisnis, ia tak pelit ilmu. Ia bagaikan mitra dan mentor bagiku.
Ini pertemuan kami yang pertama kali. Aku berniat sejak lama. Kulupakan lelah seharian mengikuti seminar di Jakarta. Aku ingin bertemu dengan mentorku ini. Meski harus mengejar kereta ke Bandung setelah maghrib tadi. Aku sampai sekitar jam 10 malam.
Dingin mulai menyelimuti kaki. Aku masih tercenung. Jam berdetak perlahan. Jarum panjang sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Sunyi.
“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” Mas Putra mengutip ayat lagi.
“Iya mas, tapi kadang kita bingung. Butuh modal, tapi gak ketemu jalan. Akhirnya pinjam kesana sini. Yang penting cepat cair mas. Kena bunga gak masalah.” Aku coba beralasan.
“Mas Fajar, yakinlah. Allah yang memberi rizki. Allah juga yang melarang riba. Artinya, jika mas butuh, pasti Allah kasih. Tapi tidak dengan jalan riba. Tidakkah mas lihat, sudah banyak teman-teman yang hijrah. Mereka memperoleh rizki yang banyak dan lebih berkah. Menenangkan.”
“Bener sih.” Aku berusaha mengiyakan. Malu mulai menyergap.
“Riba ada tujuh puluh tiga tingkatan. Yang paling ringan adalah seperti seseorang yang menzinai ibunya.” Mas Putra menyebut sebuah hadits.
“Astaghfirullahal adzim.” Cukup sudah. Aku bergidik. Takluk.
31 Mei 2018
—————————————–
http://www.quran30.net
Foto: pexels.com