Review Novel ala Kadarnya
Review sangat pendek ini ditulis hitungan tahun setelah membaca novelnya. Dan novel tersebut, sudah kuhibahkan ke tetangga yang suka membaca. Bukan karena tak suka lagi, tapi karena aku sangat yakin ada banyak nilai positif yang terkandung di dalamnya. Toh buku-buku yang pernah kusayang dan kusimpan (rasanya) baik-baik, ternyata hilang/rusak juga.
Raya dan Marigold Kesayangannya
Novel berjudul Raya dan Marigold Kesayangannya adalah karya Ikanulia alias Ika Y. Suryadi, penulis asal Jambi. Berkisah tentang Nisa, seorang ibu muda, yang harus membesarkan buah hatinya dalam kondisi single parent.
Nisa dinikahi oleh laki-laki yang ternyata telah beristri. Dan setelah memiliki anak, Nisa harus menghadapi kenyataan bahwa suaminya lebih memilih kembali pada istri pertamanya. Tak sampai di situ, hal lain yang membuat hidup Nisa kian berat adalah fakta bahwa Raya, anaknya, ternyata mengalami ketulian.
Selanjutnya ujian hidup bertubi-tubi menimpa Nisa, dari masalah pekerjaan hingga kepergian ayah tercinta, orang yang selama ini selalu mendukungnya.
Membaca sekilas kisah di atas, barangkali kamu mengira Raya dan Marigold Kesayangannya akan jadi novel motivasi yang memberi mimpi muluk-muluk. Mengingat novel ini lahir dari sebuah platform aplikasi menulis, yang umumnya dipenuhi kisah indah layaknya dongeng Eropa, atau konflik berbelit-belit serupa sinetron.
Syukurlah keduanya tidak ditemukan pada novel karya Ikanulia tersebut. Raya dan Marigold Kesayangannya cukup membumi untuk diresapi. Tidak ada CEO tampan ataupun tokoh utama yang lemahnya keterlaluan.
Itulah sebab novel yang masuk dalam 20 Besar Karya Inspiratif KBM 2021 tersebut kuberi cuma-cuma pada salah satu tetangga terbaikku. Walaupun pemberiannya berupa barang bekas, semoga manfaatnya tetap berbekas.
Riset dalam Karya Fiksi
Cerita ini membahas dunia penyandang tuli. Tidak ada maksud untuk menyinggung siapa pun, atau profesi apa pun, semuanya berdasarkan riset di lapangan.
Begitulah bunyi disclaimer yang (paling) mungkin dicantumkan oleh penulis novel pada laman Raya dan Marigold Kesayangannya di situs Wattpad. Iya, novel ini diterbitkan oleh KBM tapi dibawa ke “tempat lain” oleh penulisnya. Sangat sah, karena hak cipta tetap berada di tangan penulis.
Riset, itulah dalil penting yang harus dipunyai seorang penulis. Fiksi sekalipun. Ikanulia, sebagai bukan penulis kalengkaleng, yang karyanya tersebar di mana-mana, dan rajin memenangkan kompetisi menulis, tentu tak boleh melewatkan hal tersebut.
Sementara tak sedikit penulis lain yang kerap melewatkan proses riset, kadang dengan dalih “menulis tanpa beban”. Padahal menulis itu ibarat bicara. Orang boleh bicara banyak, selama yang ia bicarakan adalah hal yang benar, dan ia kuasai. Bicara banyak, ya. Bukan banyak bicara.
Riset bukan semata tameng dari “tuduhan” tak paham oleh pembaca, tapi lebih dari itu, untuk membumikan kisah yang tengah dipaparkan. Riset juga tak harus besar-besaran, lama, memakan biaya dan seluruh jiwa raga. Tak seseram itu.
Riset sederhana mampu membuat kisah kita lebih masuk akal. Minimal itu saja dulu. Misalnya pada novel Raya dan Marigold Kesayangannya, pada bab yang mengisahkan sekolah, menurut hematku Ikanulia “terpeleset” perkara usia anak memasuki sekolah dasar.
Nisa yang seakan tahu banyak tentang dunia anak dan dunia pendidikan, dengan pede-nya mendaftarkan Raya ke sekolah dasar di usianya yang baru 6 tahun. Anak dengan kebutuhan khusus, di SD biasa, pada usia yang lebih muda dari seharusnya. Hm!
Untungnya Ikanulia tak melupakan pentingnya shadow teacher untuk mendampingi tokohnya. Jadi mungkin sedikit cacat logika tadi tak terlalu ketara, setidaknya bagi mereka yang belum pernah bersentuhan dengan dunia pendidikan anak-anak.
Kesimpulannya? Sekelas Ikanulia yang novelnya berserak di banyak platform saja bisa “terpeleset”, kamu, eh kita, yang belum punya banyak karya, bolehlah terjungkal sedikit dalam berkarya. Namanya juga proses. Yang penting jangan keseringan, dan jangan berhenti berkarya.
Cuan dari Menulis
Ketika banyak orang merasa terkungkung di rentang 2020-2021, ada kelompok kecil yang justru mendapat angin segar dengan adanya pandemi. Penulis merupakan bagian dari kelompok itu. Jika pekerja paruh waktu tak merasakan perubahan berarti, penulis bahkan lebih dari itu, ada peluang cuan baru “berkat” hadirnya covid-19.
Gramedia pada awal 2021 mengakui penjualan buku di ritelnya menurun drastis, namun penjualan buku digital naik hingga 200 persen (kompas.com). Tempo saja mendigitalisasi majalah-majalah mereka, sekaligus membuat buku elektronik dari berbagai hasil investigasi. Artinya, media baca memang sedang mengarah ke platform digital.
Artinya lagi, penulis tidak harus selalu bergantung pada penerbit. Kalau tak ada aturan ISBN, barangkali posisi penerbit tak ada bedanya dengan percetakan. Kamu yang hendak mengajukan naskah novel ke penerbit “setara” saja dalam hal apa pun dengan seorang bapak yang tengah memesan buku yasin atas nama keluarganya. Kecuali jika si bapak memesan dalam jumlah banyak, dan kamu cuma butuh dummy. Kamu di bawahnya.
Sebenarnya minat baca Indonesia tak jelek-jelek amat. Jelek saja. Terbukti platform baca berbayar pun banyak peminatnya. Kalau bukan karena dibayar, untuk apa penulis buku rela duduk berjam-jam menyesaikan bab bukunya dalam satu hari nyaris setiap hari?
Sudah bukan zamannya lagi, penulis harus puasa sambil menunggu naskahnya lolos tayang di media cetak, atau menanti kabar dari penerbit untuk dibayar sekali putus. Sekarang masanya penulis dikira ngepet, karena kaya padahal jarang keluar rumah. Tapi mungkin masa itu belum menimpa kebanyakan kita. Tunggu saja. Tunggu sambil berkarya.
Oke, sekarang penulis punya ceruk cuan baru, yang sebenarnya sudah ada jauh sebelum pandemi. Tapi bagaimana pun, platform menulis semisal KBM, Wattpad, Storial, GWP, dsb, jauh lebih populer saat ini ketimbang sebelum 2020.
Jangan lupa, Karyakata juga salah satu platform yang bisa berujung cuan untuk kamu yang rajin berkarya di sini. Kabarnya, ada banyak program yang tengah direncanakan tim dapur KK. Penulis Novel Raya dan Marigold Kesayangannya adalah salah satu orang di balik berdirinya Karyakata. Apa kamu gak tertarik diskusi tentang buku, fiksi, novel, atau cari duit dari menulis, dengan Ikanulia?