Kartini Masa Kini
Kemarin, Indonesia baru saja memperingati Hari Kartini. Di tempatku sama sekali tak ada perayaan. Dengan alasan sedang berpuasa dan berbenturan dengan kegiatan Pesantren Ramadan siswa.
Ketika masuk kelas, aku mencoba bertanya, kepada siswa tentang hari tersebut.
“Ada yang tahu, hari ini hari apa?”
“Hari Kamis, Bu …!” jawab mereka kompak.
Aku hanya tersenyum kemudian mengingatkan dan menjelaskan bahwa hari ini adalah Hari Kartini. Mereka banyak yang menjawab lupa karena puasa. Padahal sebenarnya itu bukanlah alasan.
Tak berapa lama kemudian, aku mendapat kiriman dari temanku seorang guru di Biak Papua. Mereka merayakan Hari Kartini dengan meriah. Diantaranya lomba memakai kebaya dan sanggul ala Kartini. Ada juga temanku di Yogya yang memamerkan lomba memakai Kebaya dan Blangkon ala zaman Kartini.
Semua terlihat hebat, aku pun sangat salut. Semua merayakan dan memperingati Hari Kartini dengan gembira. Tentu saja dengan harapan pesan perjuangan Kartini akan tersampaikan dan menjadi penyemangat juang perempuan-perempuan di Indonesia.
Lalu yang tidak merayakan, tidak menghargai Kartini? Tentu saja tidak! Jiwa Kartini tidak akan cukup dengan diekspresikan hanya dengan berpakaian ala Kartini. Begitupun, jika tak merayakan tetapi menjadikan diri sebagai perempuan yang percaya diri dan berusaha meraih capaian positif dengan kerja keras adalah bentuk nyata dari semangat Kartini.
Perempuan Indonesia harus memiliki semangat dan kekuatan lebih untuk menjadi benar-benar merdeka. Jangan menganggap semua capaian hanya keberuntungan. Meski di tengah banyaknya kondisi dan aturan yang nyatanya masih belum memerdekakan.
Menjadi pribadi yang percaya diri dan menjadi pahlawan dengan caranya sendiri. Tanpa mengandalkan kecantikan sebagai objek untuk berprestasi. Selalu ingat akan kodrat diri. Itu adalah pencinta Kartini sejati.
Yuk, perempuan Indonesia. Bangkitkan semangat Kartini di masa kini. Kita adalah lentera yang harus tetap bersinar menerangi bangsa. Merdeka!